Minggu, 06 Maret 2016

Mengenal Si Baling-baling

Pernahkah Anda terbang ke timur Indonesia? Jika pernah, tentu Anda pernah merasakan sensasi terbang menggunakan pesawat berbaling-baling.Sensasinya akan berbeda dibanding ketika terbang dengan pesawat bermesin turbojet tanpa baling-baling.

Hasil gambar untuk wings air atrPesawat dengan mesin ber-propeller biasa disebut dengan turboprop (turbo propeller), dilengkapi dengan propeller. Propeller inilah yang biasa disebut awam sebagai baling-baling.
Pesawat turboprop mayoritas digunakan pada pesawat-pesawat kecil dengan jangkauan jarak yang lebih pendek. Sehingga sangat sesuai dengan geografis Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak pulau. Landasan pacu yang dibutuhkan pun relatif lebih pendek dibanding pesawat turbojet berbadan besar.
Jumlah penumpang yang dapat diangkut biasanya kurang dari 100 orang. Di Indonesia, pesawat seperti ini banyak terbang ke Indonesia bagian timur.
Beberapa tahun terakhir, banyak maskapai yang seakan menemukan formula bisnis yang efektif dan efisien dalam persaingan bisnis penerbangan jarak pendek dan menengah. Biaya konsumsi bahan bakar yang rendah dengan jumlah penumpang yang relatif besar dan pasar penumpang yang luas adalah beberapa alasannya. Cost efficiency ini meyakinkan beberapa maskapai perintis memesan banyak pesawat turboprop, sebut saja di antaranya Garuda Indonesia, Wings Air, Susi Air, dan Kalstar.
Mereka bersaing dalam memperebutkan pasar orang-orang kepulauan, menjadi pesawat pengumpan untuk pesawat besar yang sudah bersiap di hub-hub yang tersebar di kota-kota besar.
Jika ditelisik lebih jauh, efisiensi yang dihasilkan tidak terlepas dari salah satu faktor penting dari turboprop, yaitu propeller. Secara khusus kita akan membahas tentang peranan dan fitur penting propeller pada pesawat perintis.

Sejarah Pengembangan Propeller
Pada awal pengembangannya, propeller identik dengan pesawat bermesin piston. Biasanya terdiri dari dua blade (bilah) yang terbuat dari lapisan-lapisan kayu. Hingga kini sebagian pesawat masih menggunakan propeller semacam ini. Pesawat-pesawat latih untuk siswa penerbangan adalah di antaranya.
Hingga kini pengembangan propeller semakin maju dengan perubahan karakteristik yang mampu mempengaruhi performa mesin dan pesawat secara signifikan. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari susunan material hingga rekayasa aerodinamikanya.
Propeller pesawat terdiri dari dua atau lebih blade yang berpusat pada satu sumbu atau shaft yang dihubungkan ke mesin pesawat. Propeller inilah yang menghasilkan gaya dorong (thrust) pada pesawat untuk mengudara, sebagai terapan dari Hukum Newton ketiga. Jumlah blade berbanding lurus dengan thrust yang dihasilkan. Penambahan jumlah blade akan menambah kekuatan gaya dorong pesawat tersebut.
Berdasarkan lokasi, pemasangan propeller dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu sebagai tractor dan pusher. Propeller berperan sebagai tractor jika dipasang di depan struktur pendukungnya dan berperan sebagai ‘penarik’.
Propeller jenis ini adalah yang paling banyak digunakan pada pesawat masa kini. Keuntungan penggunaan Propeller tractor adalah stress strukturnya yang lebih rendah dan tidak mengganggu aliran udara.
Apabila propeller diletakkan di belakang mesin atau struktur penopangnya disebut dengan Pusher Propeller. Propeller jenis ini banyak digunakan pada pesawat-pesawat air dan amfibi. Pada umumnya diletakkan di atas dan posisi belakang sayap, untuk mendapatkan jarak aman (clearance) terhadap ground, guna menghindari Foreign Object Damage (FOD).
Material yang digunakannya pun mengikuti tuntutan zaman yang menginginkan tingkat daya tahan yang tinggi. Dahulu material yang digunakan hanyalah bilah-bilah kayu yang di-press dan dilaminasi dan dibentuk airfoil. Sedangkan saat ini dikembangan material aluminium alloy dan komposit. Dengan karakter material khusus dapat diintegrasikan dengan sistem-sistem lain penunjang keselamatan, seperti ice protection pada blade dan beberapa faktor yang meningkatkan performa pesawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar